Sleman (MTsN 10 Sleman)—Pembelajaran di luar kelas bermanfaat membuka wawasan peserta didik dalam kehidupan nyata. Mereka dapat membuktikan teori dengan fakta di lapangan. MTsN 10 Sleman melaksanakan pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) berupa Wajib Kunjung Museum(WKM) dan bakti sosial dengan objek kunjung Benteng Vredeburg, Taman Sari, dan Keraton Yogyakarta. Kegiatan dilaksanakan Sabtu (16/7/2022). Menggunakan 12 armada minibus, WKM  diikuti peserta didik kelas 7,8, dan 9  serta didampingi guru, pegawai, dan kepala madrasah.

Haryanto, waka kurikulum dan penanggung jawab kegiatan menjelaskan bahwa tujuan diadakan WKM untuk membuka wawasan anak tentang warisan budaya di Yogyakarta. “Masih banyak anak yang belum mengenal museum dan peninggalan yang bernilai tinggi di Yogyakarta ini, “ujar Haryanto.

Buka Wawasan dan Asah Empati, Siswa  MTsN 10 Sleman  Ikuti WKM dan Bakti Sosial

Buka Wawasan dan Asah Empati, Siswa  MTsN 10 Sleman  Ikuti WKM dan Bakti Sosial

Dipandu pemandu wisata, peserta mengunjungi   objek demi objek, seraya mengisi lembar kerja yang disiapkan guru pendamping IPS sesuai dengan ranah objek kunjungan.  Kelas 7, 8, dan 9 fokus membuat laporan kunjungan di Benteng Vredeburg, Taman Sari, dan Keraton Yogyakarta. Peserta antusias mengikuti kunjungan. Tak ketinggalan, peserta singgah di Masjid Kauman untuk melaksanakan salat duhur. Begitu kunjungan usai, anak menyerahkan laporan dalam bentuk isian LKS.

Waka kesiswaan Sargiyono mengoordinir kegiatan bakti sosial (baksos) di sela-sela kegiatan WKM.  Anak  mempersiapkan dana kasih sayang dalam amplop tertutup. Di samping itu, anak-anak mempersiapkan pula bingkisan sembako. Baksos diserahkan langsung oleh siswa dan guru kepada tukang becak dan  warga yang membutuhkan Adi seputar objek wisata. “Bakti sosial ini untuk melatih rasa peduli dan empati kepada sesama,” terang Sargiyono.

 Dua tahun tertahan karena pandemi, kegiatan luar sekolah menjadi kesan istimewa  bagi siswa. Hal senada disampaikan Kepala MTsN 10 Sleman Etyk Nurhayati yang turut mendampingi kegiatan. “CTL kali ini serentak diikuti kelas 8 dan 9 bersamaan dengan Matsama kelas 7. Mereka memiliki hak yang sama untuk mempelajari kondisi riil situs budaya Yogyakarta,”ungkap Etyk.

Kegiatan hari itu diawali proses pemberangkatan dari madrasah pukul 07.00 dan sampai kembali ke madrasah pukul 15.00. Meski tenaga terkuras, anak-anak mengaku senang dengan pembelajaran di luar kelas WKM. “Capek, tapi senang,” ujar Vievel siswa kelas 9. (nsw)