Sleman, 25 Juli 2025 – MTsN 10 Sleman menggelar sosialisasi kesiapsiagaan bencana bagi siswa kelas 7 pada Jumat (25/7/2025). Kegiatan yang berlangsung di Dom madrasah dari pukul 10.00 hingga 11.30 WIB ini menggandeng Sekretariat Bersama Satuan Pendidikan Aman Bencana Daerah Periode (SEKBER SPAB) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai narasumber.
Sosialisasi ini mengacu pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 yang mendefinisikan bencana sebagai peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat, baik disebabkan faktor alam maupun non-alam, sehingga mengakibatkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Mengingat Sleman merupakan daerah rawan bencana, kegiatan ini menjadi tugas strategis sekolah dalam mempersiapkan diri dan lingkungan sekolah menghadapi berbagai jenis bencana. Tujuannya adalah meminimalkan dampak buruk bencana, melindungi warga sekolah, dan memastikan kelangsungan proses belajar mengajar.
Materi sosialisasi disampaikan oleh Maulida, seorang fasilitator Siaga Bencana DIY, dengan runtut menggunakan media selandia. Ia mengawali dengan uraian tentang posisi geografis Indonesia sebagai bagian dari “cincin api” (ring of fire) yang memiliki sederet gunung berapi. “Akibatnya, Indonesia berpotensi tertimpa bencana akibat erupsi,” terang Maulida.
Lebih lanjut, Maulida mengaitkan potensi bencana dengan kondisi Sleman yang berdekatan dengan Gunung Merapi dan menjelaskan cara bersiap menghadapinya. “Indonesia menjadi negara kedua berisiko tertinggi di dunia akibat dari kekurangsiapan hadapi bencana,” tegasnya.
Gempa bumi, salah satu bentuk risiko bencana yang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, termasuk di sekolah. Maulida memberikan trik dan tindakan cepat saat gempa terjadi. Dengan nada lagu “Becak-Becak”, ia mengajak peserta bergoyang gembira seraya menyanyikan, “Bumi bentuknya bulat lempeng di kulit bumi. Jika lempeng bertumbuk terjadi gempa bumi. Sekolahku bergoyang. Aku langsung berlutut, berlindung bertahan sambil berpegangan.”
Selain itu, Maulida juga mengungkapkan trik lain menghadapi gempa dengan senandung lagu “Potong Bebek Angsa”: “Kalau ada gempa lindungi kepala. Kali ada gempa ingat BBMK. Jangan berlari. Jangan berisik. Jangan mendorong, dan jangan berlari. Jangan berisik. Jangan mendorong.” Ia tidak hanya berfokus pada gempa bumi, melainkan juga mengenalkan berbagai bencana alam maupun non-alam dan trik mengatasinya.
Wakil Kepala Kesiswaan MTsN 10 Sleman, Sulistyawati, S.Pd., mewakili pihak madrasah, mengungkapkan rasa syukurnya atas kelancaran sosialisasi dan antusiasme siswa dalam mengikutinya. “Semoga kesiapsiagaan ini bermanfaat bagi siswa untuk menekan risiko jika terjadi bencana yang tidak kita inginkan,” harap Sulistyawati. (nsw)