Sleman  (MTsN 10 Sleman) – Titik Ermawati, A.Md.,  pustakawan dari MTsN 10 Sleman, menjadi salah satu dari 120 peserta yang memeriahkan Jambore Literasi Kabupaten Sleman 2025. Acara ini diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman pada 22-23 Agustus 2025, bertempat di Desa Wisata Jaka Garong, Kapanewon Turi, Sleman.

 

Jambore ini mempertemukan berbagai pegiat literasi, mulai dari pengelola perpustakaan kelurahan dan sekolah, komunitas literasi, hingga pengelola taman bacaan masyarakat. Tujuannya  untuk membangun jejaring, kolaborasi, dan sinergi guna meningkatkan minat baca masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda.

Selama dua hari, para peserta mengikuti serangkaian kegiatan yang padat ilmu, mulai dari diskusi, talkshow, hingga outbound dan eksplorasi desa wisata. Mereka juga merasakan pengalaman menginap di tenda, menambah kesan kebersamaan.

Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, S.E., secara resmi membuka acara ini. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya literasi yang adaptif terhadap perkembangan zaman. Menurutnya, literasi tidak hanya sebatas membaca dan menulis, tetapi juga harus terhubung dengan teknologi digital yang kini semakin mendominasi kehidupan.

Jambore Literasi 2025 menghadirkan para narasumber yang kompeten di bidangnya. Mereka adalah Dr. Muhammad Sulhan, S.I.P., M.S.I. dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Anis Masruri, S.Ag., S.S., M.S.I. dari UIN Sunan Kalijaga, serta Kepala Dinas Perpustakaan Kabupaten Sleman.

Mendapatkan undangan dari penyelenggara, MTsN 10 Sleman mengirimkan Titik Ermawati sebagai perwakilan. Ia merasa bersyukur dan senang bisa menambah wawasan serta pengalaman baru. “Saya mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dengan bertemu pegiat literasi dari berbagai kalangan,” ujarnya.

Titik berharap kegiatan seperti ini akan terus berlanjut. Ia juga optimis akan ada tindak lanjut pasca-jambore. “Sekarang saya bergabung dengan grup yang berisi para pegiat literasi guna membahas perkembangan dunia literasi di Sleman,” jelasnya. “Semoga literasi bisa menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat, khususnya warga madrasah” harap Titik menutup perbincangan. (nsw)