Sleman (MTsN 10 Sleman)– Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 10 Sleman bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Yogyakarta menggelar kegiatan sosialisasi Literasi Finansial Perbankan,  Senin, (8 /12/2025).

Acara yang bertajuk “BI Goes to Madrasah: Penguatan Literasi Keuangan di Kalangan Pelajar, Kenali Rupiah, Bijak Bertransaksi Digital, dan Kelola Keuangan Sejak Dini” ini berlangsung di ruang baca Perpustakaan Darul Ilmi MTsN 10 Sleman. Kegiatan  dilaksanakan pukul  09.00 hingga 11.00 WIB dengan peserta  40 siswa dan 10 guru.

Hadir sebagai narasumber Sigit Arfian Triswanto, Tim Implementasi Kebijakan Sistem Pembayaran Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY.

Kepala MTsN 10 Sleman, Paijo, S.Ag. dalam sambutannya, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat menambah literasi perbankan bagi  peserta. Kamad menekankan pentingnya pelajar untuk paham dan tidak tertinggal dalam perkembangan dunia keuangan.

“Semoga bisa menambah literasi perbankan. Pelajar dituntut harus paham, mengerti, dan tidak tertinggal. Jangan hanya menjadi pendengar, raih kesempatan,” pesan Kamad, seraya menyampaikan terima kasih kepada narasumber atas kehadirannya dan berharap menjadi amal jariyah.

Acara dimoderatori oleh Elliya Fitriyani, S.H., M.M., Kepala TU MTsN 10 Sleman. Elliya menegaskan, “Tujuan utama dari penguatan literasi keuangan di kalangan pelajar adalah untuk membentuk generasi yang cerdas dan bijak dalam mengelola keuangan.”

QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) upaya praktis transaksi  digital

Dalam  paparannya, narasumber dari Bank Indonesia Sigit Arfian Triswanto menyoroti pesatnya perkembangan teknologi yang sangat memengaruhi kehidupan. Ia memaparkan bahwa 76% penduduk Indonesia dari 280 juta jiwa menggunakan smartphone rata-rata 7 jam per hari, dengan waktu bermedia sosial sekitar 3 jam per hari.

“Untuk itu, adopsi teknologi sangatlah krusial dalam transaksi keuangan,” tegas Sigit.

Mengadopsi pesatnya teknologi, BI telah mengembangkan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), yaitu standar nasional kode QR untuk pembayaran digital di Indonesia. QRIS berfungsi untuk memudahkan proses transaksi dengan QR code agar lebih cepat dan terjaga keamanannya.

“QRIS memiliki keunggulan yang kita sebut CMUAH: Cepat, Mudah, Aman, dan Handal,” tandas Sigit.

Dengan gaya interaktif, Sigit  mendorong peserta untuk aktif menjelaskan keunggulan QRIS dalam transaksi sehari-hari, sambil menawarkan merchandise bagi peserta yang aktif.

 Prinsip PEKA Hadapi Risiko Siber (cyberattack)

Literasi keuangan juga mencakup kesadaran terhadap risiko, terutama serangan siber. Dipaparkan fakta menarik bahwa kerugian finansial akibat serangan siber di Indonesia mencapai Rp3,26 triliun per tahun.

Untuk menghadapi risiko tersebut, peserta diajak untuk menjadi konsumen yang cerdas dengan menerapkan prinsip PEKA yang dimiliki Bank Indonesia agar transaksi digital lebih aman:

  • Peduli: Peduli manfaat, risiko, dan keamanan transaksi pembayaran Anda.
  • Kenali: Kenali penyelenggara dan regulatornya, serta pastikan hanya melakukan transaksi pada layanan resmi penyelenggara.
  • Adukan: Adukan permasalahan ke penyelenggara dan ke Bank Indonesia jika diperlukan tindak lanjut.

Menghadapi serangan siber Sigit mengingatkan agar memperkuat kewaspadaan diri.

“Titik terlemah serangan siber adalah human error, ” ujarnya.

Human error ini meliputi penggunaan password yang mudah ditebak, tidak meng-update aplikasi/sistem, membuka file dari pengirim yang tak dikenal, memberikan data pribadi secara sukarela, mengikuti instruksi pembayaran dari orang tak dikenal, dan tidak mengaktifkan Otentikasi Dua Faktor (2FA).

Materi yang disampaikan sangat menarik karena berkaitan erat dengan transaksi sehari-hari. Kesempatan berdialog pun dimanfaatkan dengan baik oleh murid dan guru untuk makin mendalami dunia keuangan.

Elliya menutup perbincangan dengan menyimpulkan bahwa materi yang disampaikan narasumber sangat luar biasa dan bermanfaat bagi peserta. “Materinya  daging semua,” selorohnya.

Acara yang dipandu dengan apik oleh Salwa kelas 7 dan lantunan doa oleh Anwar Asy’ari, S.Ag. berjalan lancar.

“Materi disampaikan dengan gamblang,  sistematis, disertai data pendukung, “kesan  Nelly Saraswati, jurnalis madrasah seraya mencatat hal penting untuk bahan berita. “Lebih memahami transaksi digital, “ujar Carissa  9b saat ditanya manfaat mengikuti sosialisasi  keuangan.

Di akhir perjumpaan, kepala madrasah menyerahkan tanda mata berupa karya seni cermin berbahan daur ulang buatan tangan Sargiono,SPd., guru keterampilan.    (nsw)