Sleman (MTsN 10 Sleman) – Dinas DIKPORA Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Sekretariat SPAB DIY menggelar Zoom Meeting bertema Model Ketangguhan SPAB Risiko KMMT (Keracunan Massal Makanan Tambahan) pada Kamis (09/10/2025).
Kegiatan ini diikuti oleh berbagai satuan pendidikan di DIY, termasuk MTsN 10 Sleman yang diwakili oleh Ika Damayanti, selaku PIC Kehumasan sekaligus penanggung jawab program Makan Bergizi Gratis (MBG) di madrasah.

Acara dibuka oleh Ferika Dian selaku host, dilanjutkan dengan sambutan oleh M. Taufiq, Koordinator Sekber DIY. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa filosofi dari SPAB (Satuan Pendidikan Aman Bencana) adalah melindungi hak hidup, hak belajar, dan hak tumbuh kembang peserta didik di manapun mereka berada.
Taufiq juga memaparkan bahwa selama program MBG berjalan, telah tercatat 1.047 kejadian di tiga kabupaten Kulon Progo, Sleman, dan Gunungkidul. Ia menyoroti adanya residu sisa makanan dari sekitar 140 SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi), dengan 100 di antaranya sudah beroperasi di sekitar 500 sekolah. “Ada SMA yang sisa makanannya mencapai lebih dari 100 porsi. Ini harus ditangani cepat karena berpotensi menjadi beban lingkungan,” ujarnya.

Sesi pemaparan materi menghadirkan beberapa narasumber.
Etyk Nurhayati, fasilitator SPAB dari Kanwil Kemenag DIY, menekankan pentingnya kesiapsiagaan terhadap segala bentuk bencana, baik bencana alam, bullying, maupun keracunan MBG. Ia menyebutkan bahwa program MBG merupakan program unggulan Presiden, dan menurut Menteri Agama, program ini tergolong program mulia karena memberi manfaat luas bagi masyarakat. Dari total 681 satuan pendidikan di DIY, 430 di antaranya telah menerima program MBG.

Selanjutnya, Siti Solikhah, Kepala MTsN 9 Bantul, memaparkan SOP pelaksanaan program MBG. Ia menjelaskan alur pelaksanaan mulai dari penandatanganan MoU dengan SPPG, proses penerimaan makanan di madrasah, pengecekan warna dan bau secara organoleptik, pembagian ke kelas, konsumsi MBG, hingga pengelolaan sampah dan pengembalian tray makanan.

Pemateri berikutnya, Arifin, Panewu Kapanewon Mlati Sleman, menyampaikan bahwa di wilayah Mlati telah terbentuk Forum Relawan Bencana dan sistem penanganan kedaruratan KMMT yang bersifat lintas sektoral. “Kami berupaya agar setiap kejadian dapat ditangani dengan cepat dan terkoordinasi. Harapannya, program MBG dapat berjalan dengan aman dan higienis,” ungkapnya.

Sesi terakhir disampaikan oleh Yoga Nugroho Utomo, perwakilan Forum Komunikasi Komunitas Relawan Sleman (FKKRS). Ia menekankan pentingnya sinergitas antar lembaga dan sektor, agar bila terjadi kejadian luar biasa dapat segera direspons dengan cepat dan tepat. “Idealnya, satu relawan dapat mendampingi satu satuan pendidikan sebagai bentuk kesiapsiagaan bersama,” ujarnya.

Melalui kegiatan ini, diharapkan setiap satuan pendidikan, termasuk MTsN 10 Sleman, semakin tangguh dan siap menghadapi berbagai risiko, termasuk potensi bencana non-alam seperti keracunan makanan dalam program MBG. (ikd)