Sleman (MTsN 10Seman). Mengacu surat pemberitahuan kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kementeria Agama DIY, MTsN 10 Sleman mengikuti pembinaan dan evaluasi pengawalan madrasah unggulan . Hal ini sebagai tindak lanjut telah ditetapkannya MTsN 10 Sleman oleh Kemenag Pusat sebagai madrasah berciri khas madrasah riset. Pembinaan dan evaluasi dilakukan Hj. Anita Isdarmini , S.Pd., M.Hum selaku JF Pengembang Teknologi Pembelajaran Kanwil Kemenag. Acara berlangsung Selasa, 12 April 2022 di ruang pertemuan laboratorium IPA MTsN 10 Sleman. Diikuti waka kurikulum dan 9 guru tim pengembang kurikulum, pembinaan berlangsung pukui 09.00 s.d 11.00
Kepala MTsN 10 Sleman Etyk Nurhayati, S.PdI, M.Pd menyambut antusias kehadiran Bu Anita guna memantapkan branding madrasah riset, tahfiz, dan digital. Mewujudkn ketiga branding tersebut tidaklah mudah. “Kami membutuhkan arahan dan bimbingan agar program yang termaktub dalam KTSP dapat terealisasikan, “ujar Etyk.
Membuka pengarahan Anita yang turut membidani madrasah riset, memberikan apresiasi atas capaian prestasi kelas riset MTsN 10 Sleman tingkat nasional hingga internasional. Keberhasilan tersebut tidak boleh berhenti begitu saja karena madrasah riset sejatinya tidak hanya membidik siswa untuk terampil meneliti, tetapi melibatkan seluruh komponen madrasah tak terkecuali guru. Guru hendaknya bisa menjadi teladan riset bagi siswa. “Budayakan meneliti, minimal berlatihlah menulis, “ujar Anita. Selanjutnya, Anita menyoroti tentang branding madrasah tahfiz agar memantapkan sistem dan mematok target hafalan bagi peserta didik.
Dalam kesempatan itu pula diadakan evaluasi dokumen KTSP yang diawali bedah visi madrasah. “Visi madrasah hendaknya diiringi dengan tujuan dan indikator yang jelas sehingga warga madrasah dapat memahami dan melaksanakannya,”saran Anita. Haryanto, S.Pd. waka kurikulum yang memaparkan garis besar KTSP berharap adanya semacam workshop pra-penyusunan dokumen yang melibatkan semua guru dan madrasah sehingga isi KTSP dapat dicermati dan dibenahi bersama.
Lebih jauh, Anita menyoroti pentingnya kekompakan dan kerja sama antarkomponen. Madrasah dituntut dapat mengargai diri sendiri dengan branding, marketing, dan publishing yang berbobot. “Branding saja tidak cukup. Lanjutkan dengan pembuktian isi agar masyarakat percaya,” papar Anita. Tugas berat mewujudkan madrasah unggul tidak mungkin dijalankan segelintir orang sementara yang lain jadi penonton bahkan penghalang program. “Tanamkan tekad untuk maju bersama,” pesan Anita. (nsw)