Sleman (MTsN 10 Sleman) – Salat merupakan tiang agama dan kewajiban utama bagi setiap Muslim hingga akhir hayatnya. Salat sebagai wujud ketakwaan kepada Allah SWT.

Madrasah dengan ciri khas berbasis agama,     menjadikan  penegakan kewajiban salat sebagai bagian  pendidikan yang diberikan kepada peserta didiknya. Salah satu wadah untuk memperkuat nilai-nilai ibadah , MTsN 10 Sleman menyelenggarakan   Program Keputrian. Kegiatan  diselenggarakan setiap hari Jumat, bertepatan dengan pelaksanaan salat Jumat. Bertempat di ruang laboratorium IPA, program ini dikhususkan bagi murid perempuan yang sedang mengalami siklus haid. Secara  syariat mereka sedang  dibebaskan dari kewajiban salat.

Jumat (14/11/2025), Program Keputrian kembali berjalan sesuai jadwal. Tema yang diusung setiap sesi bervariasi dengan berbagai metode penyajian  oleh masing-masing pengampu. Kali ini, sesi tausiyah diisi oleh dua guru, yaitu Sri Wahyuningsih, S.Pd., dan Ratna Firiana, S.Ag., M.S.I., dengan  mengusung tema penting: Menegakkan Salat.

Dalam sesi interaktif, Sri Wahyuningsih membuka dengan pertanyaan penggunggah  kesadaran. “Siapa yang salat hariannya tidak lima waktu, jujur!” ucapnya. Pertanyaan ini direspons oleh beberapa siswi yang secara terbuka mengakui bahwa mereka terkadang melalaikan kewajiban salat lima waktu.

Selanjutnya, Wahyu memberikan motivasi  mengenai pentingnya disiplin dalam melaksanakan kewajiban salat. “Kalian bisa menipu orang lain untuk menghindari salat. Namun, Allah SWT Maha Tahu ” tegas Wahyu, yang kemudian diiakan oleh  Ratna Fitriana

“Saya tidak memberikan teori, tetapi sekedar mengingatkan kewajiban salat,”  tukas  Wahyu, menekankan bahwa fokus utama sesi tersebut adalah menanamkan kesadaran dan disiplin ibadah.

Program Keputrian ini diharapkan mampu menumbuhkan tanggung jawab spiritual para siswi, memastikan bahwa setelah siklus haid berakhir, mereka kembali menegakkan salat lima waktu dengan penuh kesadaran dan kedisiplinan.(nsw)