SLEMAN – MTsN 10 Sleman menyelenggarakan sosialisasi “Implementasi Pembelajaran Mendalam dan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC)”, Rabu (31/12/2025). Bertempat di Perpustakaan Darul Ilmi, kegiatan ini diikuti oleh  guru dan pegawai  MTsN 10 Sleman dengan menghadirkan narasumber instruktur nasional sekaligus Kepala MTsN 3 Kulon Progo,  Septy Andari Putri, S.Pd., M.Pd.

Septy Andari Putri, yang merupakan Tim Pengembang Kurikulum Madrasah serta Tim Penyusun KBC dari Kementerian Agama RI, memaparkan bahwa lahirnya KBC dilatarbelakangi oleh keresahan atas maraknya kasus kenakalan yang melibatkan siswa maupun guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Menurutnya, esensi mengajar bukan sekadar transfer ilmu, melainkan upaya mendisiplinkan dan memberikan perhatian secara individu.

“Guru harus hadir dengan penuh cinta. Hindari penyakit KKG: Kagetan, Kagol, dan Grundelan. Kurikulum akan selalu berubah menyesuaikan perkembangan zaman, namun nilai cinta harus tetap menjadi fondasi utama,” tegas Septy Adari Putri di hadapan para peserta. “KBC tidak menggantikan kurikum merdeka, melainkan memperkaya dengan nilai akhlak mulia, “tegasnya.

Dalam paparannya, Septy menjelaskan bahwa KBC diposisikan sebagai “Jiwa” (Soul) dari seluruh penyelenggaraan pendidikan nasional. Implementasinya mencakup empat pilar utama: kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, serta pembentukan budaya atau iklim madrasah.

Pada aspek kokurikuler, KBC menekankan pada kolaborasi lintas mata pelajaran, penerapan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat, serta penguatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Pintu gerbang utama dalam teknis pengajaran ini adalah penyusunan RPP yang berbasis Panca Cinta. KBC menekankan pada penguatan karakter melalui konsep Pancacinta, yaitu:

  1. Cinta Allah dan Rasul-Nya
  2. Cinta Ilmu
  3. Cinta Lingkungan
  4. Cinta Diri dan Sesama Manusia
  5. Cinta Tanah Air

“KBC bukan mengganti kurikulum yang ada, melainkan mengintegrasikan nilai Panca Cinta ke dalam perencanaan, pelaksanaan, hingga asesmen yang sistematis. Guru berperan sebagai fasilitator yang menghubungkan materi ajar dengan nilai-nilai kemanusiaan,” tambahnya.

Para guru diajak untuk mempraktikkan langkah-langkah integrasi KBC, mulai dari memetakan Capaian Pembelajaran (CP), menganalisis kata kunci, hingga menyusun modul ajar yang terkoneksi dengan topik Panca Cinta. Septy juga menekankan pentingnya pergeseran paradigma penilaian.

“Nilai tidak hanya diambil dari hasil akhir atau sumatif. Justru yang terpenting adalah asesmen formatif di awal dan selama proses pembelajaran untuk melihat perkembangan karakter siswa secara nyata,” jelasnya.

Sosialisasi berlangsung ceria tetapi penuh makna. Narasumber tak segan-segan berdialog dan berbagi cerita inspirasi dengan peserta.

“Melalui sosialisasi ini, MTsN 10 Sleman diharapkan mampu menerapkan sintak memahami, mengaplikasi, hingga menghasilkan produk yang berbasis nilai cinta, “ ujar Waka Kurikulum Haryanto, S.Pd. (nsw)