sumber: wikipedia

PENDAHULUAN

Pesanggrahan Pakualaman Hargopeni yang terletak di kawasan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, merupakan salah satu bangunan bersejarah yang memiliki nilai penting baik dari sisi sejarah, arsitektur, maupun sosial budaya. Pemilihan topik ini didasarkan pada peran Hargopeni dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sekaligus sebagai bagian dari warisan arsitektur kolonial yang perlu dilestarikan. Bangunan ini pernah menjadi saksi peristiwa penting, salah satunya adalah digunakannya Hargopeni sebagai tempat menginap delegasi Australia dalam Perundingan Komisi Tiga Negara (KTN) pada 13 Januari 1948. Pada masa Agresi Militer Belanda II, Hargopeni bahkan pernah difungsikan sebagai kamp internir Belanda, sehingga keberadaannya tidak hanya terkait dengan sejarah lokal Yogyakarta, tetapi juga terhubung dengan dinamika sejarah internasional pada masa itu. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa Hargopeni tidak bisa dilepaskan dari narasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia. (Jogja Cagar Budaya, 2019)

Selain dari sisi sejarah, Pesanggrahan Hargopeni juga menarik untuk dibahas karena nilai arsitekturnya. Bangunan ini dibangun dengan gaya arsitektur New Indies Style atau Gaya Indis Baru, yang merupakan hasil adaptasi arsitektur kolonial Belanda dengan kondisi tropis Nusantara. Perpaduan antara modernitas kolonial dengan kearifan lokal menjadikan Hargopeni tidak hanya bernilai fungsi, tetapi juga estetika. Keunikan arsitektur ini menjadi bukti perkembangan budaya material masyarakat kolonial dan lokal di masa lalu. Karena nilai penting tersebut, Pemerintah Kabupaten Sleman telah menetapkan Hargopeni sebagai Bangunan Cagar Budaya melalui SK Bupati Sleman No. 6.13/Kep.KDH/A/2019. Penetapan ini menegaskan urgensi untuk menjaga dan merawat keberadaan Hargopeni agar tetap lestari. (Kebudayaan Sleman, 2020)

Pentingnya pembahasan mengenai Pesanggrahan Hargopeni juga terletak pada posisinya di kawasan Kaliurang yang telah lama dikenal sebagai kawasan wisata pegunungan. Keberadaan Hargopeni sebagai bagian dari Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kaliurang menambah daya tarik wisata, tidak hanya dari segi alam, tetapi juga dari segi sejarah dan budaya. Dengan pemanfaatan yang tepat, Hargopeni dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat, pelajar, mahasiswa, maupun wisatawan untuk memahami perjalanan sejarah dan perkembangan arsitektur kolonial di Yogyakarta. Di sisi lain, pembahasan mengenai Hargopeni dapat mendorong kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya pelestarian warisan budaya, sehingga keberadaannya tidak sekadar menjadi peninggalan pasif, tetapi juga mampu memberi manfaat berkelanjutan dalam bidang pendidikan, penelitian, maupun ekonomi pariwisata. (Harian Jogja, 2025)

Topik ini juga penting dikaji karena tantangan dalam pelestarian bangunan bersejarah semakin besar, terutama dengan perkembangan kawasan wisata Kaliurang yang terus mengalami perubahan. Jika tidak ada perhatian serius, bangunan-bangunan cagar budaya seperti Hargopeni terancam mengalami kerusakan atau kehilangan nilai aslinya akibat perubahan fungsi dan tekanan pembangunan. Dengan membahas Pesanggrahan Hargopeni secara mendalam, diharapkan muncul upaya nyata dalam menjaga kelestariannya, baik melalui kebijakan pemerintah, keterlibatan akademisi, maupun partisipasi masyarakat. (JHCJ, 2023)

Dengan demikian, kajian tentang Pesanggrahan Pakualaman Hargopeni tidak hanya penting untuk memahami aspek sejarah dan arsitektur, tetapi juga untuk meneguhkan identitas budaya lokal, menumbuhkan kesadaran pelestarian warisan sejarah, serta mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan di kawasan Kaliurang.

 

ISI

  1. Sejarah Berdirinya Pesanggrahan Pakualaman Hargopeni Kaliurang

Pesanggrahan Pakualaman Hargopeni  yang terletak di kawasan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, merupakan salah satu bangunan bersejarah yang memiliki nilai penting baik dari sisi sejarah, arsitektur, maupun sosial budaya. Pemilihan topik ini didasarkan pada peran Hargopeni dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sekaligus sebagai bagian dari warisan arsitektur kolonial yang perlu dilestarikan. Bangunan ini pernah menjadi saksi peristiwa penting, salah satunya adalah digunakannya Hargopeni sebagai tempat menginap delegasi Australia dalam Perundingan Komisi Tiga Negara (KTN) pada 13 Januari 1948. Pada masa Agresi Militer Belanda II, Hargopeni bahkan pernah difungsikan sebagai kamp internir Belanda, sehingga keberadaannya tidak hanya terkait dengan sejarah lokal Yogyakarta, tetapi juga terhubung dengan dinamika sejarah internasional pada masa itu. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa Hargopeni tidak bisa dilepaskan dari narasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia. (Jogja Cagar Budaya, 2019)

Selain dari sisi sejarah, Pesanggrahan Hargopeni juga menarik untuk dibahas karena nilai arsitekturnya. Bangunan ini dibangun dengan gaya arsitektur New Indies Style atau Gaya Indis Baru, yang merupakan hasil adaptasi arsitektur kolonial Belanda dengan kondisi tropis Nusantara. Perpaduan antara modernitas kolonial dengan kearifan lokal menjadikan Hargopeni tidak hanya bernilai fungsi, tetapi juga estetika. Keunikan arsitektur ini menjadi bukti perkembangan budaya material masyarakat kolonial dan lokal di masa lalu. Karena nilai penting tersebut, Pemerintah Kabupaten Sleman telah menetapkan Hargopeni sebagai Bangunan Cagar Budaya melalui SK Bupati Sleman No. 6.13/Kep.KDH/A/2019. Penetapan ini menegaskan urgensi untuk menjaga dan merawat keberadaan Hargopeni agar tetap lestari. (Kebudayaan Sleman, 2020)

Pentingnya pembahasan mengenai Pesanggrahan Hargopeni juga terletak pada posisinya di kawasan Kaliurang yang telah lama dikenal sebagai kawasan wisata pegunungan. Keberadaan Hargopeni sebagai bagian dari Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kaliurang menambah daya tarik wisata, tidak hanya dari segi alam, tetapi juga dari segi sejarah dan budaya. Dengan pemanfaatan yang tepat, Hargopeni dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat, pelajar, mahasiswa, maupun wisatawan untuk memahami perjalanan sejarah dan perkembangan arsitektur kolonial di Yogyakarta. Di sisi lain, pembahasan mengenai Hargopeni dapat mendorong kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya pelestarian warisan budaya, sehingga keberadaannya tidak sekadar menjadi peninggalan pasif, tetapi juga mampu memberi manfaat berkelanjutan dalam bidang pendidikan, penelitian, maupun ekonomi pariwisata. (Harian Jogja, 2025)

Topik ini juga penting dikaji karena tantangan dalam pelestarian bangunan bersejarah semakin besar, terutama dengan perkembangan kawasan wisata Kaliurang yang terus mengalami perubahan. Jika tidak ada perhatian serius, bangunan-bangunan cagar budaya seperti Hargopeni terancam mengalami kerusakan atau kehilangan nilai aslinya akibat perubahan fungsi dan tekanan pembangunan. Dengan membahas Pesanggrahan Hargopeni secara mendalam, diharapkan muncul upaya nyata dalam menjaga kelestariannya, baik melalui kebijakan pemerintah, keterlibatan akademisi, maupun partisipasi masyarakat. (JHCJ, 2023)

Dengan demikian, kajian tentang Pesanggrahan Pakualaman Hargopeni  tidak hanya penting untuk memahami aspek sejarah dan arsitektur, tetapi juga untuk meneguhkan identitas budaya lokal, menumbuhkan kesadaran pelestarian warisan sejarah, serta mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan di kawasan Kaliurang.

  1. Fungsi Awal di Masa Pakualaman

Bangunan Cagar budaya pesanggrahan Hargopeni merupakan bangunan milik Kadipaten Pakualaman yang terletak di Jalan Siaga, Pedukuhan Kaliurang Barat, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, 23 km sebelah utara dari kota Yogyakarta. Pesanggrahan Hargopeni memiliki gaya arsitektur New Indies Style (Gaya Indis Baru). (Kebudayaan Sleman, 2020)

Pada awalnya bangunan Pesanggrahan Hargopeni adalah bangunan rumah tinggal milik Keluarga Kadipaten Pakualaman, yang didirikan sekitar tahun 1930an. Bangunan tersebut juga pernah digunakan untuk tempat menginap delegasi dari Australia saat Perundingan Komisi Tiga Negara 13 Januari 1948. Selain itu pada saat Agresi Militer II, bangunan Pesanggrahan Hargopeni menjadi camp tawanan perang (internir) Belanda dengan arsitektur tradisional Nusantara untuk menyesuaikan dengan iklim tropis di Indonesia. (Kebudayaan Sleman, 2020)

Namun demikian, fungsi utamanya adalah sebagai tempat menginap di area kaki Gunung Merapi bagi keluarga Pakualaman. Pesanggrahan ini difungsikan sebagai tempat singgah yang nyaman bagi anggota keluarga Pakualaman yang ingin beristirahat atau sekadar menikmati keindahan alam di sekitar.

 

  1. Penggunaan di Masa Kemerdekaan

Penggunaan Pesanggrahan Pakualaman Hargopeni  pada awal masa kemerdekaan memiliki peran yang cukup penting. Pada masa kolonial, bangunan ini digunakan sebagai tempat peristirahatan keluarga bangsawan. Namun, pada masa revolusi fisik dan kemerdekaan, fungsinya berkembang menjadi lebih strategis. Sebagai negara yang baru merdeka, Indonesia menghadapi ancaman nyata dari Belanda yang berusaha kembali menjajah melalui agresi militer. Salah satu fungsi bangunan ini yaitu sebagai tempat pengungsian tokoh–tokoh penting Republik saat Belanda melancarkan Agresi Militer I (1947) dan Agresi Militer II (1948). Pada saat itu, wilayah Yogyakarta berada dalam situasi genting. Pemerintah Republik, para pemimpin, serta keluarga bangsawan terancam oleh operasi militer yang menyasar pusat pemerintahan. Pada saat Agresi Militer II, Pesanggrahan Pakualaman Hargopeni  difungsikan juga sebagai kamp tawanan perang (internir) bagi Belanda. (hargobinangunsid, 2025)

Selain itu, pada tanggal 13 Januari 1948, di masa berlangsungnya konflik antara Indonesia dan Belanda, hadir Komisi Tiga Negara (KTN), sebuah badan bentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertugas sebagai mediator untuk menyelesaikan konflik secara damai. Komisi ini terdiri dari tiga negara: Australia (yang dikenal pro-Republik Indonesia), Belgia (pro-Belanda), dan Amerika Serikat (bersikap netral). Kehadiran KTN memberikan harapan baru dalam memperjuangkan pengakuan kemerdekaan Indonesia di forum internasional. Tidak terlepas dari narasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia, Pesanggrahan Pakualaman Hargopeni  juga digunakan sebagai tempat menginap delegasi dari Australia, salah satu anggota KTN (direktoribudaya, 2023). Penggunaan bangunan ini oleh tamu asing bukan hanya bersifat fungsional, tetapi juga strategis. Selain menyediakan tempat yang nyaman dan relatif aman, lokasi Hargopeni yang berada di kawasan Kaliurang, jauh dari pusat konflik bersenjata, memberikan ketenangan bagi para delegasi untuk menjalankan misi diplomatik mereka. Kehadiran delegasi asing di Pesanggrahan ini juga menandai bahwa tempat ini tidak hanya penting bagi internal Republik, tetapi juga memainkan peran dalam hubungan luar negeri Indonesia yang baru lahir.

  1. Keadaan Pesanggrahan Sekarang

Bangunan Pesanggrahan Hargopeni di masa sekarang mempertahankan banyak elemen arsitektural aslinya. Bangunan utama berdenah persegi (30×30 m) dengan atap genteng kodok (atap limasan dan atap payung) lengkap ornamen nok acroterie dan penangkal petir. Fasadnya masih asli tanpa perubahan, berupa dinding bata diplester dicat kuning gading dengan jendela panorama berpanel kaca patri bermotif flora (ornamen Art Nouveau) dan kusen kayu. Lantai ruangan utama menggunakan tegel kuning-merah (ukuran 20×20 cm) yang masih mempertahankan pemasangan asli. Bangunan penyerta di belakang (berbentuk “L” terhubung selasar) memuat empat kamar tidur, kamar mandi, gudang, dan dapur, sementara garasi bawah terdiri atas ruang mobil dan ruang penjaga dengan atap seng dan dinding rubble wall berpasang batu kali.

Rehabilitasi terakhir dilakukan Dinas Kebudayaan DIY pada tahun 2018, yang menata ulang berbagai elemen bangunan. Pekerjaan meliputi pembersihan dan penggantian genteng yang rusak, perbaikan rangka atap (usuk dan reng), penggantian lisplang dan talang baru, serta penggantian plafon sisi luar dan kaca patri yang rusak. Selain itu dilakukan pengecatan ulang dinding, perbaikan jaringan air bersih, penataan taman, saluran air hujan, paving halaman, dan perbaikan pagar besi depan. Hasilnya, struktur bangunan kini utuh dan terawat, dengan ornamen-ornamen utama tetap dipertahankan keasliannya.

Saat ini Pesanggrahan Hargopeni masih dimiliki dan dikelola Kadipaten Pakualaman. Fungsinya tetap sebagai tempat penginapan/peristirahatan pribadi keluarga Pakualaman, sebagaimana sebelumnya. Artinya, bangunan ini tidak difungsikan sebagai museum atau objek wisata publik, melainkan lebih bersifat privat. Tidak ada informasi resmi bahwa pesanggrahan ini dibuka untuk umum; pola pakaiannya adalah penggunaan internal istana Pakualaman, misalnya saat acara kenegaraan atau pertemuan keluarga besar. Dengan demikian, sebagian besar ruangan dan fasilitas (ruang tamu, kamar, dapur, dll.) tetap terjaga keasliannya karena penggunaan yang hati-hati dan pengawasan langsung oleh pengelola istana.

PENUTUP

Kesimpulan

Pesanggrahan Hargopeni adalah bangunan bersejarah yang terletak di kawasan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Bangunan ini memiliki nilai penting dari segi sejarah, arsitektur, sosial budaya. Dibangun sekitar tahun 1930-an, pada masa Paku Alam VII. Bangunan ini awalnya berfungsi sebagai rumah tinggal keluarga Kadipaten Paku Alam. Arsitekturnya mengadopsi gaya New Indies Style atau Gaya Indis Baru yang memadukan arsitektur kolonial Belanda dengan kondisi tropis Nusantara pada masa kemerdekaan. Fungsi  Pesanggrahan Hargopeni menjadi lebih strategis salah satu fungsinya yaitu sebagai tempat pengungsian tokoh tokoh penting republik saat Belanda melancarkan Agresi Militer I dan Agresi Militer II. Pesanggrahan Hargopeni juga difungsikan sebagai camp tawanan perang (internir) bagi Belanda. Pemerintah Kabupaten Sleman, telah menetapkan Pesanggrahan Hargopeni sebagai bangunan cagar budaya melalui SK Bupati 6.13/Kep.KDH/A/2019. Saat ini, lokasi Pesanggrahan Hargopeni di Kelurahan Hargobinangun, Sleman dikenal dengan masyarakatnya yang aktif dan kolaboratif terutama dalam sektor pariwisata. Ekonomi lokal didorong oleh pariwisata alam dan pengembangan UMKM, yang didukung oleh program badan usaha milik desa (BUMDes). Lingkungan ini, memiliki fasilitas pendidikan dan kesehatan yang memadai untuk kebutuhan dasar masyarakat.

PUSTAKA

Direktoribudaya. (2023). Pesanggrahan Hargopeni Kaliurang. Diakses dari https://direktoribudaya.kemdikbud.go.id

Harian Jogja. (2025). Pesanggrahan Hargopeni, saksi sejarah perjuangan di Kaliurang. Yogyakarta: Harian Jogja.

Jogja Cagar Budaya. (2019). Bangunan Cagar Budaya di Kawasan Kaliurang. Yogyakarta: Balai Pelestarian Cagar Budaya.

JHCJ. (2023). Jurnal Heritage dan Cagar Budaya Jawa: Pesanggrahan Hargopeni. Yogyakarta: JHCJ.

Kebudayaan Sleman. (2020). Data Cagar Budaya Kabupaten Sleman. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman.

Wikipedia. (2025). Pesanggrahan Pakualaman Hargopeni. Diakses dari https://id.wikipedia.org

Hargobinangunsid. (2025). Profil Kelurahan Hargobinangun: Sejarah dan Potensi. Diakses dari https://hargobinangunsid.slemankab.go.id

 

Disusun oleh: Daanesh Alya Arwindita , Diazhaura Ardisa Athayya, Faneza Adita Putri, Insan Yudha Pranata, Nuri Septiani Azzahra, Quin Tessa Nur Ainindia, Shafa Salsabila Rania, Syafa Nabila Maulida Ula, Syafiqah Hana Felina (MTsN 10 Sleman).